Saturday, December 27, 2008

DI MALAM YANG DINGIN INI

Malam ini saya memutuskan untuk menginap di kantor saya yang (kebetulan) terletak di daerah Dago Pakar. Selain untuk mengerjakan chart, juga karena angin malam yang dingin sekali. Udah 2 minggu ini cuaca malam kota Bandung kerasa dingin menusuk padahal musim hujan baru akan datang bulan Oktober nanti.

Selesai mengerjakan chart, saya iseng-iseng nyalain YM. Seorang teman lama nyamperin via YM untuk sekedar menyapa karena sudah lama kami ga pernah bertukar kabar. Dari obrolan basa-basi tentang kabar, beralih ke cuaca Bandung yang dingin hingga issue tentang gempa (kebetulan teman saya ini punya basic pendidikan FISIKA BUMI).

Dia bertutur, malam dingin seperti ini mengingatkan dia sama kondisi Jogja beberapa hari sebelum gempa besar, perubahan cuaca yang mendadak dan ekstrim juga gangguan sinyal radio. Sedikit ngeri membaca penuturannya, saya penasaran pengen tau penjelasannya lebih dalam (karena semasa kuliah dulu saya hanya belajar gempa secara general saja juga karena penuturannya tentang hubungan cuaca dengan gempa yang kurang dimengerti oleh otak saya yang berkapasitas rendah ini).

Menurutnya, hubungannya seperti ini...

Sebelum gempa terjadi, tekanan bebatuan meningkat cukup tinggi. Tekanan yang meninggi ini menyebabkan kompensasi adanya pori batuan yang pecah. Di dalam pori batuan terdapat radium yang telah tersenyawakan menjadi radon (radioaktif) yang sifatnya mengikat udara. Radon adalah partikel alpha (panjang gelombang pendek tapi radioaktif tinggi) dan kalau udara diikat oleh radon menjadi awan, di musim kemarau bisa aja tiba-tiba terjadi hujan yang cukup lebat (perlu diingat ga semua kejadian seperti ini menandakan gampa lho). Salah satu kasus di Uzbekistan, beberapa saat sebelum gempa pernah terlihat awan yang berbentuk lurus (kebayang ga??). Dan ternyata 'awan aneh' itu pun terlihat beberapa saat sebelum gempa Jogja terjadi.

Selain itu partikel alfa yang terakumulasi dapat menganggu sinyal radio. Itulah yang menjelaskan mengapa 2 hari sebelum gempa banyak radio yang mengalami gangguan (alias kekeresekan).

Dengan masih terpukau dengan penjelasannya, dia kembali bertutur, kajian ini masalah hasil dari beberapa buku yang dia baca dan juga kesaksian dari penyiar radio di daerah Bantul. Lagi-lagi perlu diingat, ini konteksnya adalah kajian. Bukan ramalan. Jadi, siapapun yang membaca tulisan ini jangan panik dan langsung terbang meninggalkan Bandung.

Membaca penuturannya, saya sedikit merinding. Apalagi dia menambahkan, jika terjadi gempa di sekitar Bandung, daerah yang kemungkinan mengalami kerusakan yang parah adalah daerah di sekitar patahan. Saya langsung teringat patahan Lembang yang berada di Bandung Utara (dekat dengan kantor saya).

Malam semakin larut. Saya dan teman saya akhirnya memutuskan untuk berhenti membicarakan hal yang serius dan melakukan obrolan yang bisa menghangatkan malam yang dingin ini.

If you know what i mean...

Hehehehehe... ^_^

No comments:

Post a Comment